Mengenai Saya

Foto saya
aku pinter(???),Lucu,jaiL,asiiikk,baik,,ceroboh,,cerewet,,,suka suLap,,bLa3x.....

Minggu, 24 Oktober 2010

Lika-Liku kehidupan Master Joe Sandy

oleh PutriSandy Wijayanti JSers pada 22 Juni 2010 jam 13:56
Joe Sandy->The Master

Air seakan ditumpahkan dari Langit. Sejak sore tadi, hujan terus mengguyur Jakarta. Sesekali guntur terdengar bersahutan, seperti Lomba memekakkan telinga. KuambiL beberapa kertas putih yang sudah kusiapkan sejak pagi tadi. Beberapa kaLi aku membuat coretan-coretan keciL, mencoba mengasah Lagi kemampuanku menghitung angka-angka yang berderet sekian banyak, hanya daLam hitungan detik. Sekilas, kuLihat jam di dinding. Ah, masih ada waktu. MaLam ini aku harus menjadi komentator di The Master Season 3. Roni adikku, tadi siang sudah SMS dari bandung, dia akan menemaniku ke RCTI... Hmmm, nggak terasa, adikku semata wayang itu sudah gede sekarang. Bayang-bayang masa keciL kami seperti diputar uLang. JeLas. Sangat jelas..

Sebagai putra pertama dari pasangan Eddy Taniady & Sarah Lolih Suryani, aku Joshua Sandy Taniady, lahir di Subang, 2 April, tidak pernah membayangkan bahwa keluarga kami yang begitu hangat harus menjadi nggak utuh. Papa meninggal karena tekanan darah tinggi, ketika adikku Eleazar Roni Taniady, biasa dipanggil Roni, baru berusia 2 tahun. Dan waktu itu umurku baru 4 tahun...

Aku bersyukur, masih punya kesempatan mengenal papa, meski hanya sebentar saja. Kami sering keliling kompleks rumah dengan motor, terus ngobrolin tentang apa saja yang kami lihat. Sayang, seperti lagunya Peterpan. Tak Ada Yang Abadi. Papa meninggalkan aku. Seperti mimpi di siang bolong. Aku bahkan tak tahu, saat itu apakah aku menangis atau sebaliknya, karena aku belum tahu akan artinya kehilangan.

Mama, beliau benar-benar sosok yg luar biasa bagiku. Hanya itu yang bisa kukatakan hingga detik ini.... padahal kondisi beliau juga tidak baik. Jantungnya lemah. Bahkan sebelum menikah pun, mama sering pingsan. Namun disaat papa tidak ada,mama tetap tegar. Beliau menerima jahitan dirumah. Kami pun tinggal sekamar bertiga. Mama,roni,dan aku. Kami tinggal dirumah nenek di Subang.

Aku suka bantuin mama mencopot kancing yang salah, membongkar jahitan atau merapikan tumpukan kain mama. Entah mengapa, aku enggak pernah ngerasa itu sebagai beban. Justru semakin aku bisa menemani mama, bercanda dan ngobrol dengan mama, aku semakin bahagia.

Ingin rasanya aku meringankan beban mama, tapi aku masih kecil saat itu. Bisa ngapain? Paling membantu menjelujur jahitan , membersihkan kamar atau ngebujuk roni biar nggak ngambek. Aku juga nggak tega, setiap melihat mama pergi malam-malam ke pelanggan buat nganterin jahitan.

Badanku boleh kecil. Tapi dalam pikiranku, aku sudah seperti
papa,aku harus menjaga mama. Makanya mama Cuma bisa mengeleng-geleng, melihat kenekatanku. Meski kamar dikunci, aku melompat lewat jendela, lantas ke atas genteng, lalu lompat deh keluar pagar. Trus aku kejarke tempat pelanggan mama. Dan ketika mama tiba disana, aku bias tiba-tiba muncul dari barik pohon. Dor! Aku mengejutkan mama. He he he. Wah.. bangga banget bias bikin mama tersenyum haru, melihat tekadku ini.

-OBSESI-

Biasa. Anak kecil kalo di tanya orang soal cita-cita, pasti dia akan jawab mau jadi Dokter atau Insiyur. Tapi aku? Aku selalu jawab, mau jadi Seniman atau Actor. Ha ha ha.. ajaib yah? Padahal aku sama sekali tidak mempunyai sodara atau hubungan khusus yang bakal membawaku ke dunia seni. Yang kuingat banget ya pesulap yang dipasar.

Gini ceritanya.. keluarga kami memang sangat sederhana . tapi mama nggak ingin masa kecil kami suram. Kami berdua pun sering diajak mama ke pasar., lantas kami nongkrong didepan pesulap yg sering main dipasar. Waktu ada papa, aku masih sangat kecil jadi belum begitu mengerti. Tapi setelah agak gedean, aku senang banget setiap kali nonton sulap di pasar. Tahu nggak, bisa berjam-jam aku betah ada disana. Nggak bergeming sedikit pun. Aku selalu berpikir, bagaimana keajaiban2 itu bisa dibuat manusia, ya?

Kalau kamu lihat The Master Season 3 di RCTIi, ada Master Tradisional, bapak Tarno yang selalu membawa koper, dan menyulap kain menjadi kelinci, terus burung. Permainan pak Tarno itu mengingatkan aku akan masa kecilku yang nggak mungkin aku lupakan. Gara-gara suka nonton sulap itu pula, aku mulai terobsesi menjadi Magician.

Tapi namanya manusia, suka duka selalu beruntutan. Keluarga kami juga sempat mengalami pasang surut. Apalagi order jahitan mama kan tidak bisa diandalin. kadang rame, kadang sepi banget. Aku ingat,pernah kami membayar becak dengan beras. Gara-garanya kami nggak ada uang sama sekali, trus mengantar jahitan ke pelanggan naik becak. Ya, bayangannya bakal dibayar. Eh, taunya pelanggannya enggak ada. Pulang lagi deh. Karena dirumah adanya hanya beras, kami bayar ongkos becak dengan beras.

Aku juga senang kalo ada om dan tante datang kerumah. Biasanya mereka meminta aku membelikan minuman atau rokok diwarung atau memilihkan rambut yang beruban. Ntar aku dapat upah. Nah, uangnya itu aku tabung. Suatu hari, mama nggak punya uang. Be li beras pun mama nggak bisa. Akhirnya aku bongkar celenganku, ada 3.000 perak. Bangga banget. Kami bisa makan hari itu. Meski, satu butir telur kami bagi 3, rasanya nikmat banget!

Cerita-cerita mama setiap malam, juga menjadi inspirasiku supaya bisa menghargai orang susah, apalagi belakangan kusadar, ada kekuatan di balik cara kita dalam menyampaikan sesuatu bisa mempengaruhi pikiran orang . sesuatu yang lembut, bisa mematahkan yang keras.

Hidup kami naik turun, seiring waktu. Lulus SD aku melanjutkan sekolah ke SMP yang lokasinya didekat Bandung.
Mama mengajarkan, apapun yang bisa berguna buat kami lakuin, ya lakuin. Bila ngerasa benar, mengapa harus takut beda dengan teman-temanku yang lain. Kesederhanaan dalam keluarga kami, bukan berarti kami nggak kreatif. Lewat beliau, aku belajar menjadi cowok yang tegas, to the point, keras, tapi bila menegur selalu dengan ramah.

Masuk SMP, aku mulai aktif di berbagai ekskul. Bola, beladiri, kesenian, etc.. percaya tidak? Biar gayaku serius begini, aku bisa split, loh.. ha ha ha. Aku juga suka membaca puisi. Nggak tanggung-tanggung, bacaan favoritku karangan Rendra dan Remy Silado. Bila diminta membaca didepan kelas, gayaku pasti heboh. Menjiwai banget, deh! He... he...

-ROMANTIS-

Ingat kan, waktu kecil aku suka bilang cita-citaku menjadi actor atau seniman? Aku nggak menyangka, akhirnya bisa duduk bersama puluhan actor senior, produser, insane perfilman, ketika datang di acara Indonesia Movie Award 2009. Bahkan aku bisa tampil, menunjukkan kemampuanku di depan mereka...
Waktu aku sekolah, RCTI baru diresmikan . hati kecilku bilang, kapan ya aku bisa datang dan melihat gedungnya? Impianku terkabul . aku bahkan bisa tampil di RCTI , dua puluh tahun kemudian! Aku percaya kok, Tuhan sudah mengatur porsi kita masing-masing.

Banyak kejutan-kejutan kecil, tapi bagi keluarga kami tuh sangat luar biasa. Seperti kebiasaanku mengumpulkan Koran bekas bacaan teman atau dari sodara yang main kerumah, trus kujual. Kadang aku juga dapat upah, setelah disuruh ke warung. Semua uangnya ku tabung. Suatu saat ku pecahkan celenganku, bisa buat beli beras atau telor. Waktu kecil aku suka sekali telor asin dan coklat , makanya kebawa sampai sekarang.

Mama juga selalu berdoa dan puasa tiap Jum’at buat kami, anak-anaknya. Saat aku beranjak dewasa, aku masih menyimpan bajuku waktu kecil, dan bantal yang nggak pernah lepas dan selalu kubawa saat tidur. Bayangin tuh bantal, ha... ha... ha... sampai kini, masih ada loh.

Sebuah diari, catatan harian mama juga kusimpan. Aku suka membacanya kembali. Banyak cerita bijak dari mama yang sangat membekas, hingga mempengaruhi caraku berpikir sampai kini.
Aku juga mulai mengoleksi segala benda berbentuk monyet.

Soalnya, setelah kuperhatiin, monyet selalu berpegangan diranting, lantas berpindah-pindah. Tapi dia tidak akan melepaskan pegangannya, sebelum dia yakin ranting berikutnya kuat. Artinya nggak boleh gambling dalam hidup, harus ada pertimbangan matang. Jangan menuruti kata hati saja...

Selain itu, aku mempunyai peliharaan seekor kucing yang tadinya kutemui di jalan. Karena kasihan, kehujanan, ku bawa pulang. Hingga sekarang, dia bersamaku.
Romantis? Ha ha ha... ada yang nanyain itu, ketika aku mulai masuk SMAN 2 Petang, Subang, nyatanya aku memang suka buku, filsafat, sehingga mungkin gayaku bicara dibilang serius banget . tapi kalau sudah ngobrol lama, pasti beda.
Permainan kesukaanku waktu kecil juga kubawa hingga aku dewasa. Aku suka main banteng-bentengan, tebak-tebakkan, trus bikin berbagai permainan yang bisa membuat orang-orang sekitarku terheran-heran. Ya, sulap itu. Magic. Gara-gara aku ngerasa terhibur banget setiap melihat sulap di pasar, aku jadi berpikir, gimana bisa bikin keajaiban itu...

-MAGIC-

Studiku hanya sampai D1 management, karena aku harus buru-buru bekerja, agar bisa membantu ekonomi keluarga. Entah, darimana mulang, aku malah dapat obyekan, bikin skripsi. Jadi boleh ge-er dikit, nih. Hitam atas putih, aku lulusan D1, tapi realitanya aku S1. Buktinya, berbagai jenisa metode skripsi , mampu kukerjakan. Nggak hanya itu, aku juga mulai bekerja di sebuah bank swasta. Sambil bekerja, aku masih suka main sulap saat ada acara di kantor.

Tahun 2004, aku dapat gelar juara favorit waktu ikut gelar lomba antar magician di Mobile-Expo Bandung. Nggak lama, 2006, aku menang lagi di Bandung Magic Competition yang skalanya lebih besar. Akhirnya aku memilih memanfaatkan kemampuan magic-ku buat mencari makan. Tahun 2004, aku meninggalkan bank, tempatku bekerja. Aku yakin, pekerjaan apapun, bila kita menikmatinya, pasti hasilnya juga maksimal.

Jam terbangku makin kencang. Aku pernah juga memborong satu kotak jamu tradisional, gara-gara pengen memperoleh mainan sulapnya. Ceritanya, aku lagi di pasar, melihat penjual jamu. Dia menjual jamunya dengan main sulap duluan. Alat peraganya unik, sederhana. Aku mau membelinya , tapi dia nolak. Akhirnya aku akalin deh, aku bela-belain ngeborong semua dagangannya hari itu dengan bonus dapat mainan sulapnya, ha ha ha...

Kebahagiaan kami seperti terenggut seketika, tahun 2006 mama di panggil Sang Pencipta. Aku dan Roni benar-benar kehilangan. Kami berdua seakan kehilangan pijakan. Tempat yang paling nyaman buat kami berlindung. Namun pesan mama yang selalu membuat kami semangat, kami berdua pun tetap kompak meski mama tidak ada .

Adikku menyelesaikan kuliahnya dan kini bekerja disebuah bank. Sementara aku? Reality Show The Master membawaku ke dunia baru. Tak pernah kubayangkan, impianku 20 tahun lalu melihat gedung RCTI terwujud. Bahkan, aku bisa menghibur jutaan pemirsa. Iklan, jadwal tampil di berbagai acara, mulai berdatangan. Aku juga mulai cari tempat tinggal di Jakarta. Karena bolak-balik Jakarta-Bandung terus, bisa bikin drop staminaku. Kini bila ada orang mudah mengauh, marah atau protes dengan keadaan, aku hanya bisa menyarankan agar kita tetap menghadapi semua masalah dengan kepala dingin. Semua pasti ada jalan keluar dan nikmati apa pun yang kita punya.

Suber: KerenBeken.
DituLis uLang oLeh: Siska JSers Edogawa

Kaka Joeee!!!:p
putri_sandy
I luph MJ 4ever
I luph MJ 4ever
I luph MJ 4ever

Tidak ada komentar:

Posting Komentar